Blogger templates

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 10 November 2023

Ratu Aceh

 

Di ujung selatan Aceh, di tepi air Pantai Pasai yang tenang, terbentang pasir putih yang menyatu dengan ombak yang terus-menerus bercerita. Di balik keindahan alam itu, tersembunyi sebuah kisah perang yang melibatkan hati-hati pejuang yang menentang cengkeraman penjajah Belanda.

Cerita ini dimulai pada sebuah pagi di tahun 1873, ketika perang melanda bumi Aceh. Angin sepoi-sepoi laut membawa aroma asin yang menyatu dengan semangat perlawanan yang berkobar di kalangan penduduk setempat.

Teuku Ibrahim: "Bu Cut, malam ini suasana begitu tegang. Semangat perjuangan kita tetap menyala seperti api di dalam hati kami."

Cut Nyak Dien: "Kau benar, Teuku Ibrahim. Belanda telah berusaha keras untuk menginjakkan kakinya di tanah Aceh, tetapi semangat perjuangan kita takkan pernah pudar."

Teuku Ibrahim: "Bu Cut, saya terinspirasi oleh keteguhan dan keberanian Anda. Anda adalah sosok yang begitu kuat dan inspiratif."

Cut Nyak Dien tersenyum. "Terima kasih, Teuku Ibrahim. Di tengah perang ini, kita adalah satu tim yang harus selalu bersatu, tanpa memandang jenis kelamin. Bersama, kita bisa mengusir penjajah."

Teuku Ibrahim: "Apakah Anda memiliki pesan khusus untuk kami, Bu Cut?"

Cut Nyak Dien: "Ya, jangan pernah lupa bahwa perjuangan ini adalah hak kita untuk menjaga tanah air dan kebebasan kita. Semua yang kita lakukan, kita lakukan untuk Aceh. Berjuanglah dengan segenap jiwa dan ragamu, dan kita akan mencapai kemenangan."

Keduanya duduk di bawah langit malam yang cerah, merenungkan perjuangan yang terus berlanjut dan tekad yang tak akan pernah luntur. Setelah itu Teuku Ibrahim pun pergi ke keluar untuk nongkrong. Setelah itu terdapat seorang bernama Ali yang mendekati Cut Nyak Dien.

Ali: "Bu Cut, malam ini bintang-bintang bersinar sangat terang. Semoga itu adalah pertanda baik bagi perjuangan kita."

Cut Nyak Dien: "Ya, Ali. Kita harus tetap optimis dan gigih dalam melawan penjajah. Mereka telah lama menginjakkan kakinya di tanah Aceh, tetapi semangat perjuangan kita tidak akan pernah padam."

Ali: "Bu Cut, saya belajar banyak dari Anda. Anda adalah contoh yang luar biasa bagi kami semua, terutama para wanita di Aceh."

Cut Nyak Dien tersenyum hangat. "Terima kasih, Ali. Semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki peran penting dalam perjuangan ini. Kita semua harus bersatu dan melawan penjajah dengan tekad yang kuat."

Ali: "Apakah ada pesan khusus yang ingin Anda sampaikan pada kami, Bu Cut?"

Cut Nyak Dien: "Ingatlah, keberanian datang dari dalam hati. Jangan pernah menyerah, meskipun rintangan terasa sangat berat. Hidup kita adalah perjuangan, dan Aceh adalah tanah air kita yang harus kita bela dengan harga apapun. Bersama-sama, kita akan meraih kemerdekaan."

Mereka berdua duduk di bawah bintang-bintang malam, merenungkan kembali apa yang mereka perjuangkan.

Ali : “Bu Cut, Saya pergi dulu ya, saya mau kembali mengistirahatkan diri.”

Cut Nyak Dien : “Iya nak.”

Hari pun berlalu saat Teuku Ibrahim bersantai sembari menunggu kawannya Ali megambil makanan untuknya. Tiba-Tiba pasukan Belanda menyerang desa tempat Teuku Ibrahim bermarkas.  Teuku Ibrahim pun bergegas untuk memimpin pasukannya dan pertempuran sengit pecah di antara dedaunan hutan yang lebat. Teuku Ibrahim memimpin pasukannya dengan gagah berani, menyerang dan bertahan dengan keberanian yang tak tergoyahkan.

Namun, dalam pergolakan pertempuran, Teuku Ibrahim terluka parah. Sebuah peluru musuh menembus tubuhnya, tetapi dia tetap bertahan dengan tegar. Ketika pertempuran mereda, dia ditemukan tergeletak di bawah pohon beringin yang selama ini menjadi saksi bisu perjuangannya.

Rekan-rekannya segera berkerumun di sekitar Teuku Ibrahim yang terbaring lemah. Wajahnya yang tegar dan matanya yang penuh semangat memberi keberanian pada pasukannya. Dalam napas terakhirnya, dia menyampaikan pesan terakhir kepada para pejuangnya.

"Demi tanah air ini, teruslah berjuang. Ingatlah, keberanian dan tekad kita adalah cahaya yang tak akan pernah padam."

Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Cut Nyak Dien pun berlari ke arah Teuku Ibrahim setelah mengetahui bahwa mayat Ali tergeletak saat Cut Nyak Dien ingin menghampiri Teuku Ibrahim.

Cut Nyak Dien khawatir : “Suami ku apa kau tidak apa-apa? Suamikuuu.”

Teuku Ibrahim : “Istrikuu”

Dengan suara yang letih Teuku Ibrahim berkata

“Ki-kita masih bisa mempertahankan negeri kita dari sekutu biadap itu. Ja-jadi istriku lanjutkan perjuangan kita. Itu-itu adalah pesan... pesan.. yang kutinggal...”

Cut Nyak Dien : “Suamiku?”

Cut Nyak Dien : “Suamiku?”

Cut Nyak Dien : “Suamiku?”

Cut Nyak Dien pun melihat suaminya meninggal di tangannya sendiri, tepat berada di hadapannya.

“Belanda...”

“Belanda...”

“Siapkan mentalmu”

“Akan kubasmi engkau hingga ke akar-akarnya.”

“Tamatlah riwayatmu Belanda.”

Setelah itu Cut Nyak Dien pun bertekad untuk mengalahkan Belanda. Dendam dan amarah dari Cut Nyak Dien pun membara. Demi menuntaskan kematian sang suami. Sementara itu hari demi hari, perang demi perang nama Cut Nyak Dien pun dikenal oleh sekutu sehingga Cut Nyak Dien pun dihormati dan disegani. Sementara itu seorang yang bernama Teuku Umar yang mengagumi Cut Nyak Dien yang hanya bisa tersampaikan melalui surat surat pun bertemu secara langsung dengan Cut Nyak Dien.

Teuku Umar : “Bu Cut.”

Cut Nyak Dien : “Iya mas, ada apa ya kok sampai memanggil saya?”

Teuku Umar : “Begini Bu Cut, Saya telah memendam perasaan saya kepada Bu Cut. Keberanian, Kegigihan, Kecantikan dan aspek lainnya membuat saya kagum dan terpesona Bu Cut. Mungkin ini terdengar egois bagi Bu Cut karena saya tau ibu sudah bertunangan, namun apakah ibu mau bertunangan lagi dengan saya?”

Cut Nyak Dien : “Terima kasih atas lamarannya pak Umar, saya masih mengingat jelas kenangan saya dengan Ibrahim. Saya juga hanya menganggap mu sebagai rekan atau kawan seperjuangan saja.”

Teuku Umar : “Tak masalah Bu Cut.. Walau hanya menganggap saya sebagai kawan seperjuangan maka saya pun masih menerima ibu menjadi istri saya. Saya juga tau Ibrahim masih membekas di hati ibu.. Namun apakah ibu tidak kesepian? Saya bisa menemani ibu walau saya dianggap kawan seperjuangan.”

Cut Nyak Dien : “Apa yang kau katakan itu tidak salah Umar. Saya juga merasa kesepian karena ditinggal oleh Ibrahim. Namun apakah engkau yakin? Aku hanya menganggapmu sebagai kawan seperjuangan saja?”

Teuku Umar : “Iya, Calon Tunanganku.’

Setelah Cut Nyak Dien menerima lamaran dari Teuku Umar mereka menikah dan bertekad untuk berjuang bersama melawan Belanda. 

“Suamiku mari kita berjuang bersama sampai akhir hayat” ketika Cut Nyak Dien berkata kepada suaminya.

Lalu mereka bersama sama melawan tetapi dengan cara yang berbeda kali ini Teuku Umar ingin menipu Belanda dengan cara ia mendekatkan diri kepada Belanda dan menyerahkan dirinya pada tanggal 30 September 1893. Bukan hanya ia saja tetapi pasukannya yang berjumlah 250 orang juga ikut menyerahkan diri pada pihak kolonial Belanda. 

“Pasukanku mari kita menyerahkan diri pada Belanda lalu setelah itu kita ambil persenjataan mereka” kata Teuku Umar pada pasukannya.

 Rencana Teuku Umar pun berhasil untuk mengelabuhi pihak Belanda. Walau sempat dianggap sebagai penghianat Aceh tetapi Teuku Umar dan Cut Nyak Dien tak gentar karena mereka percaya hanya dengan cara ini mereka bisa mengalahkan Belanda. Ditengah peperangan suasana Belanda yang marah pada Teuku Umar dan pasukannya Belanda yang mendatangi mereka suasana disini sangat mencekam tetapi pasukan Teuku Umar tidak gentar sekalipun karena mereka sudah memiliki persenjataan yang cukup dari Belanda. Pada akhirnya Teuku Umar pun gugur di medan perang. 


Setelah kematian Teuku Umar, Cut Nyak Dien pun berjuang sendirian. Tetapi markas Cut Nyak Dien diketahui oleh pihak Belanda.

 “Pasukanku dari mana mereka bisa tahu keberadaan ku”

  “Apakah salah satu dari kalian mengkhianat kepadaku !” tanya Cut Nyak Dien pada pasukannya. 

   Tetapi mereka semua tidak merasa mengkhianati Cut Nyak Dien. Lalu Cut Nyak Dien pun mulai curiga kepada panglima pasukannya. 

  “Apa jangan jangan, sang panglima yang memberitahukan keberadaan ku pada pihak Belanda!” Ucap Cut Nyak Dien yang terlintas dipikirannya. 

Lalu Belanda menyerbu markasnya dan langsung menangkap Cut Nyak Dien. Dan mengasingkan dia di Sumedang. Selama masa pengasingannya ia mengakhiri perjuangan selama hidupnya. Lalu ia diakui sebagai pahlawan pada tanggal 2 Mei 1964. Saat ia diasingkan ia dibawa bersama tahanan lainnya. Lalu saat itu ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas.

 “Cut Nyak Dien engkau adalah seorang ahli Islam”

“Itu terlihat dari bagaimana Engkau bersikap”

“Pada saat seperti ini pun, engkau masih bisa menyebarkan kebaikan dan menjalankan kewajibanmu sebagai umat Muslim” kata Ulama Ilyas

Cut Nyak Dien pun berkata “terimakasih atas pujiannya Syekh” 

“Akan kujuli Engkau sebagai Ibu perbu” kata Ulama Ilyas.

Pada saat itu usia Cut Nyak Dien pun sudah terbilang cukup tua bahkan matanya pun sudah mulai rabun.  Akhirnya Cut Nyak Dien pun meninggal pada tanggal 6 November 1908 karena usianya yang mulai renta. Ia pun dimakamkan di tempat pengasingannya.


Ket warna

Vanu & Gio

Willy

Louisa & Felicia

 

Senin, 06 Desember 2021

Review Kartu Ucapan

 



Hi Guys Kali ini kita gk akan ngebahas mitologi lagi (Lama bet sumpah) namun kita akan mereview (Review mulu lu) kartu ucapan yang ada di atas. Menurut saya Kartu ucapan di atas ditujukan kepada guru guru. Disini ada beberapa penguin yang menurut saya cukup cocok untuk diletakan di tempat yang dingin seperti background. Dan 2 ekor penguin mengucapakan beberapa hal yang tentunya ditujukan kepada guru guru. Menurut saya penguin yang diatas sana mirip seperti penguin di film Penguin Of Madagaskar. 

Sekian review dari saya saya minta maaf bila ada kesalahan kata dan hal lainnya, Terima kasih.

Jumat, 26 November 2021

Review Vidio

Disisi saya tidak akan membahas tentang mitologi lagi namun saya akan mereview sebuah vidio.

Di vidio ini di edit sedikit sedikit karena sudah jelas mana yang akan ditekan dan mana yang tidak. Jadi vidio ini tak perlu diedit dengan waktu lama.Vidio ini juga berbicara kepada penonton bahwa jika vidio terlalu cepat maka vidio bisa di pause. Di vidio ini juga dipasang sebuah lagu. Eitss namun lagu ini lagu yang tidak copyright jadi tak perlu lagi khawatir tentang copyright. Sekian penjelasan dari saya mohon maaf bila ada salah kata, terima kasih.

Senin, 01 November 2021

Apresiasi Vidio Lomba Dance SMP

 Di konten kali ini saya tidak akan membahas karakter karakter fiksi lagi melainkan saya akan membahas dan mengapresiasi vidio lomba dance SMPK Santa Maria 2 Malang. 

Apresiasi saya mengenai vidio ini adalah sangat bagus namun ada sedikit kekurangan di bagian editingnya dan pengambilan sudut. Menurut saya pengambilan sudut gambar kurang pas akan sedikit lebih baik bila pengambilan sudut pandang agak dijauhkan agar editan green screen tidak terlalu kelihatan. Untuk editing terutama di bagian transisi kurang menarik jika hanya daun saja akan lebih menarik jika transisi tersebut ditambahi dengan transisi bergeser ke kanan dan untuk transisi daun bisa ditambahi beberapa bunga supaya lebih menarik. Untuk tarian sudah bagus dan siswi tersebut berpotensi untuk menjadi seorang penari yang hebat. Untuk busana sudah bagus karena menyesuaikan dengan bakcground atau sekitaranya. 

Sekian ini adalah Apresiasi dari saya maaf bila ada salah kata. Terima kasi

Rabu, 06 Oktober 2021

PPDB















 

Kamis, 23 September 2021

Sang Pencabik Jack the Ripper


Jack The Ripper
"Jack the Ripper" yang memiliki arti Jack si Pencabik adalah julukan paling terkenal yang diberikan kepada pembunuh berantai tak dikenal yang beraksi di kawasan miskin di sekitar distrik Whitechapel, London, pada tahun 1888. Julukan ini berasal dari sebuah surat yang ditulis oleh seseorang yang mengaku sebagai pembunuh, yang kemudian disebarkan di m
edia. Surat tersebut secara luas diyakini adalah tipuan, dan kemungkinan ditulis oleh seorang jurnalis yang berupaya untuk meningkatkan minat publik terhadap misteri tersebut. Julukan lainnya yang digunakan untuk sang pembunuh pada saat itu adalah "Pembunuh Whitechapel" dan si "Kulit Apron".

Pembunuhan yang dilakukan Ripper umumnya melibatkan wanita tunasusila yang berasal dari daerah kumuh dengan cara memotong tenggorokan kemudian memutilasi perut mereka. Hilangnya organ-organ dalam dari tiga korban Ripper memunculkan dugaan bahwa pelaku memiliki pengetahuan anatomi atau bedah. Desas-desus yang menyatakan bahwa pembunuhan ini saling berhubungan merebak pada bulan September dan Oktober 1888, dan beberapa surat yang dikirimkan oleh seseorang yang mengaku sebagai pembunuh diterima oleh media dan Scotland Yard. Surat "From Hell", yang diterima oleh George Lusk dari Whitechapel Vigilance Committee (Komite Kewaspadaan Whitechapel), juga berisikan separo ginjal manusia yang diawetkan, diduga ginjal tersebut merupakan milik salah seorang korban. Karena teknik pembunuhan yang luar biasa brutal, dan karena tingginya penafsiran media terhadap misteri ini, masyarakat semakin percaya bahwa pembunuhan ini merupakan pembunuhan berantai tunggal yang dilakukan oleh "Jack the Ripper".

Luasnya liputan surat kabar terhadap misteri ini menyebabkan Ripper meraih ketenaran internasional. Serangkaian penyelidikan mengenai pembunuhan lainnya yang dikenal sebagai Pembunuhan Whitechapel hingga tahun 1891 tidak mampu menghubungkan peristiwa pembunuhan ini dengan pembunuhan pada tahun 1888, tetapi legenda Jack the Ripper tetap dipercayai. Karena misteri pembunuhan ini tidak pernah terungkap, legenda tersebut semakin kuat, yang turut diiringi dengan penelitian sejarah asli, desas-desus, cerita rakyat, dan sejarah semu. Istilah "ripperologi" diciptakan untuk menggambarkan kajian dan analisis mengenai kasus Ripper. Hingga saat ini, terdapat lebih dari seratus teori mengenai identitas Ripper, dan misteri pembunuhan ini juga telah mengilhami lahirnya berbagai karya fiksi.

Kejadian Awal
Pada pertengahan abad ke-19, Inggris menerima gelombang imigran Irlandia yang memengaruhi jumlah populasi di kota-kota besar di Inggris, termasuk East End, London. Sejak 1882, pengungsi Yahudi dari Eropa Timur dan Ketsaran Rusia juga berdatangan ke kawasan yang sama. Hal ini menyebabkan paroki sipil Whitechapel di East End, London, menjadi semakin penuh sesak. Kondisi pekerjaan dan perumahan memburuk, dan perekonomian kelas bawah mulai berkembang di kawasan ini. Perampokan, kekerasan, dan ketergantungan alkohol sudah menjadi hal yang lumrah di Whitechapel, dan kemiskinan memicu banyak perempuan untuk bekerja di bidang prostitusi. Pada bulan Oktober 1888, Metropolitan Police Service (Layanan Kepolisian Metropolitan) London memperkirakan bahwa terdapat sekitar 1.200 wanita tunasusila dan 62 rumah bordil di Whitechapel. Permasalahan ekonomi ini juga disertai dengan peningkatan ketegangan sosial. Antara tahun 1886 dan 1889, berbagai aksi demonstrasi terjadi, seperti pada tanggal 13 November 1887, yang menyebabkan semakin meluasnya campur tangan polisi dan kerusuhan massa. Rasisme, kriminalitas, kerusuhan sosial, dan kemiskinan memunculkan persepsi publik bahwa Whitechapel merupakan sarang imoralitas utama di London. Pada tahun 1888, persepsi ini semakin diperkuat dengan terjadinya serangkaian pembunuhan keji dan mengerikan yang dikaitkan dengan "Jack the Ripper", mendapat liputan luas dari media yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pembunuhan
Banyaknya serangan terhadap perempuan di East End yang terjadi selama era tersebut menambah ketidakpastian terhadap berapa banyak korban yang dibunuh oleh pelaku yang sama.[7] Sebelas pembunuhan terpisah, yang dimulai pada tanggal 3 April 1888 hingga 13 Februari 1891, disertakan dalam investigasi Metropolitan Police Service London, dan dikenal secara kolektif sebagai "Pembunuhan Whitechapel". Terdapat berbagai opini mengenai pembunuhan ini; apakah saling berkaitan satu sama lainnya, tetapi lima dari sebelas korban pembunuhan Whitechapel, yang dikenal dengan "lima kanonis", diyakini merupakan hasil karya Ripper. Sebagian besar korban memiliki garis luka miring di tenggorokan, dimutilasi di perut dan daerah kelamin, pengambilan organ dalam, dan mutilasi wajah, kesemuanya ini dipercaya sebagai modus operandi khas Jack the Ripper. Dua kasus pertama dalam pembunuhan Whitechapel, dengan korban Emma Elizabeth Smith dan Martha Tabram, tidak termasuk dalam lima kanonis.

Smith dirampok dan dianiaya secara seksual di Osborn Street, Whitechapel, pada tanggal 3 April 1888. Sebuah benda tumpul dimasukkan ke dalam vaginanya, memecahkan peritoneumnya. Ia menderita peritonitis, dan meninggal dunia pada hari berikutnya di London Hospital. Sebelum meninggal, Smith bersaksi bahwa ia diserang oleh dua atau tiga pria, salah satunya adalah remaja. Pembunuhan ini lalu dikaitkan dengan pembunuhan setelahnya oleh media, namun sebagian besar penulis berpendapat bahwa peristiwa ini merupakan kekerasan geng dan tidak berhubungan dengan kasus Ripper.

Tabram dibunuh pada 7 Agustus 1888; ia menderita 39 luka tusukan. Kebiadaban pembunuhan, kurang jelasnya motif, kedekatannya dengan lokasi pembunuhan sebelumnya (George Yard, Whitechapel), serta upaya untuk memperkirakan pembunuhan Ripper berikutnya, membuat polisi menghubungkan kedua kasus ini. Namun, pembunuhan ini berbeda dari pembunuhan kanonis; Tabram tewas ditusuk, bukannya dimutilasi di bagian tenggorokan dan perut. Kebanyakan ahli saat ini tidak mengaitkan pembunuhan Tabram dengan pembunuhan setelahnya karena adanya perbedaan dalam pola luka.

5 Korban yang Diketahui

Catherine Eddowes
Lima korban kanonis (korban "resmi") Ripper adalah Mary Ann Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes dan Mary Jane Kelly. Mayat Nichols ditemukan sekitar pukul 3:40 pagi pada hari Jumat, 31 Agustus 1888 di Buck's Row (sekarang Durward Street), Whitechapel. Tenggorokannya disembelih dengan dua sayatan, dan bagian bawah perutnya robek dengan luka yang dalam bergerigi. Sayatan lainnya di bagian perut diduga disebabkan oleh pisau yang sama.
Marry Ann Nicols

Annie Chapman
Mayat Chapman ditemukan sekitar pukul 6 pagi pada hari Sabtu, 8 September 1888 di dekat sebuah gerbang di halaman belakang sebuah rumah di Hanbury Street 29, Spitalfields. Sama seperti kasus Mary Ann Nichols, tenggorokannya juga digorok dengan dua sayatan. Perutnya robek terbuka, dan kemudian diketahui bahwa rahimnya telah diambil. Dalam pemeriksaan polisi, salah seorang saksi menyatakan bahwa ia melihat Chapman sekitar pukul 5:30 pagi bersama seorang pria berambut gelap yang berpenampilan "lusuh dan beradab".

Elizabeth Stride
Stride dan Eddowes terbunuh pada Minggu dinihari 30 September 1888. Mayat Stride ditemukan sekitar pukul 1 pagi di Dutfield's Yard, Berner Street (sekarang Henriques Street), Whitechapel. Penyebab kematiannya adalah luka gorokan yang memutus arteri utama di sisi kiri lehernya. Muncul ketidakpastian mengenai apakah pembunuhan Stride ini terkait dengan Ripper, atau apakah ia melawan selama pembunuhan. Anggapan ini muncul karena tidak adanya mutilasi yang dilakukan di perut Stride. Para saksi yang berkata bahwa sebelumnya mereka melihat Stride bersama seorang pria pada malam itu saling
memberikan keterangan yang berbeda: beberapa teman Stride bersaksi bahwa pria itu berpenampilan rapi dan wajar, sedangkan yang lainnya mengatakan ia berpenampilan lusuh. Mayat Eddowes ditemukan di Mitre Square, City of London, tiga perempat jam setelah penemuan mayat Stride. Tenggorokannya digorok, dan perutnya dirobek terbuka dengan luka yang dalam dan panjang bergerigi. Ginjal bagian kiri dan rahimnya juga diambil. Seorang warga setempat bernama Joseph Lawende melewati alun-alun bersama dengan dua orang temannya sebelum pembunuhan. Ia menyatakan bahwa ia melihat seorang pria berambut pirang dan berpenampilan lusuh bersama seorang wanita yang diduga adalah Eddowes. Namun, teman-teman Lawende tidak bisa mengonfirmasi kesaksiannya ini. Pembunuhan Eddowes dan pembunuhan Stride kemudian dijuluki dengan "pembunuhan ganda". Celemek Eddowes yang berlumuran darah ditemukan di pintu masuk sebuah rumah petak di Goulston Street, Whitechapel. Terdapat tulisan di tembok tempat celemek ditemukan, yang kemudian dikenal dengan grafiti Goulston Street. Grafiti itu tampaknya ditulis oleh satu orang atau lebih Yahudi, tetapi tidak jelas apakah grafiti itu ditulis oleh si pembunuh sebelum ia menjatuhkan celemek, atau hanya kebetulan saja celemek itu jatuh di sana. Komisaris Polisi Charles Warren takut bahwa grafiti tersebut akan memicu kerusuhan antisemit, dan memerintahkan untuk menghapusnya sebelum fajar.
Marry Kelly

Tubuh Kelly yang termutilasi ditemukan terbaring di tempat tidur di kamarnya di 13 Miller's Court, Dorset Street,
Spitalfields, pada pukul 10:45 pagi, Jumat 9 November 1888. Lehernya digorok putus hingga tembus ke tulang belakang, dan organ-organ di perutnya hampir dikosongkan. Jantungnya juga hilang.

Kelima korban kanonis Ripper dibunuh pada malam hari, dan mendekati akhir pekan, baik pada akhir bulan atau akhir minggu, atau setelahnya. Mutilasi terhadap semua korbannya sangat sadis, kecuali Stride, yang mungkin telah melakukan perlawanan terhadap penyerangnya. Nichols tidak kehilangan organ apapun; rahim Chapman diambil; Eddowes kehilangan rahim, ginjal, dan wajahnya dimutilasi; mayat Kelly hancur tidak bisa dikenali dan wajahnya ditoreh, meskipun hanya jantungnya yang hilang dari TKP. Secara historis, keyakinan bahwa kelima kejahatan ini dilakukan oleh orang yang sama berasal dari dokumen kontemporer yang mengaitkan kasus mereka bersama-sama dengan mengesampingkan korban lainnya. Pada tahun 1984, Sir Melville Macnaghten, Asisten Kepala Kepolisian dari Metropolitan Police Service London dan Kepala Departemen Investigasi Kriminal (CID), menulis sebuah laporan yang menyatakan bahwa: "pembunuhan Whitechapel memiliki 5 korban—& hanya 5 korban". Selain itu, kelima korban kanonis juga saling dikaitkan dalam sebuah surat yang ditulis oleh ahli bedah kepolisian Thomas Bond kepada Robert Anderson, kepala CID London pada tanggal 10 November 1888. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa pembunuhan ini tidak diragukan lagi merupakan karya seorang pembunuh tunggal. Penulis Stewart P. Evans dan Donald Rumbelow berpendapat bahwa lima kanonis hanya merupakan "mitos Ripper". Menurut mereka, tiga kasus (Nichols, Chapman, dan Eddowes) sudah pasti saling terkait, tetapi tidak ada kepastian mengenai keterkaitan antara kasus Stride dan Kelly dengan Ripper, dan juga dengan Tabram. Sebaliknya, pakar lainnya menganggap bahwa enam pembunuhan, mulai dari Tabram hingga Kelly, adalah karya seorang pembunuh tunggal. Dr Percy Clark, asisten ahli patologi George Bagster Phillips, hanya mengaitkan tiga pembunuhan, dan berpendapat bahwa yang lainnya dilakukan oleh "individu(-individu) yang berpikiran lemah... yang mencoba untuk meniru kejahatan Ripper". Macnaghten tidak bergabung dengan kepolisian sampai tahun-tahun setelah pembunuhan, dan memorandumnya mengandung kesalahan faktual yang serius mengenai kemungkinan tersangka.

Korban Lainnya
Selain sebelas pembunuhan Whitechapel, para penyelidik telah menghubungkan kasus lainnya dengan Ripper. Dalam salah satu kasus, yang dikenal dengan "Fairy Fay", tidak diketahui apakah kasus itu nyata atau dibuat dengan sengaja untuk membesar-besarkan misteri Ripper. "Fairy Fay" (Dongeng Peri) merupakan julukan yang diberikan untuk korban yang diduga ditemukan pada tanggal 26 Desember 1887 dengan kondisi "pancang kayu ditusukkan melalui perutnya", namun tidak ada catatan pembunuhan yang tercatat setelah hari Natal 1887 di Whitechapel. "Fairy Fay" diduga diciptakan oleh media dengan memanfaatkan keterkaitan antara pembunuhan terhadap Emma Elizabeth Smith dengan serangan terpisah pada Natal sebelumnya. Sebagian besar penulis sepakat bahwa "Fairy Fay" tidak pernah ada.

Annie Millwood dirawat di panti sosial Whitechapel dengan luka tusukan di kaki dan perut bagian bawah pada tanggal 25 Februari 1888. Dia pulih, tetapi meninggal karena sebab-sebab alamiah pada 31 Maret 1888, di usia 38 tahun. Millwood kemudian ditetapkan sebagai korban pertama Ripper, tetapi keterkaitannya dengan Ripper tidak bisa dipastikan. Korban awal lainnya adalah Ada Wilson, yang dilaporkan selamat setelah ditikam dua kali di leher pada tanggal 28 Maret 1888. Annie Farmer, yang tinggal di rumah sewaan yang sama dengan Martha Tabram, melaporkan bahwa ia telah diserang pada tanggal 21 November 1888. Ia menderita luka dangkal pada tenggorokan, tetapi diduga bahwa ia sengaja melakukannya pada dirinya sendiri untuk mencari popularitas.

"Misteri Whitehall" adalah istilah yang diciptakan atas penemuan mayat tanpa kepala seorang wanita pada tanggal 2 Oktober 1888 di ruang bawah tanah markas Kepolisian Metropolitan yang sedang dibangun di Whitehall. Sebuah lengan milik tubuh sebelumnya ditemukan mengambang di Sungai Thames di dekat Pimlico, dan salah satu kakinya kemudian ditemukan dikuburkan di dekat lokasi penemuan badannya. Bagian kepala dan anggota tubuh lainnya tidak pernah ditemukan dan mayat tersebut tidak teridentifikasi sampai saat ini. Mutilasi ini serupa dengan kasus Pinchin Street; kaki dan kepala dipisahkan, tetapi lengannya tidak. Misteri Whitehall dan kasus Pinchin Street diduga merupakan bagian dari serangkaian pembunuhan yang disebut dengan "Misteri Thames", dilakukan oleh seorang pembunuh berantai tunggal yang dijuluki dengan "pembunuh Torso". Apakah Jack the Ripper dan "pembunuh Torso" ini merupakan orang yang sama atau pembunuh berantai berbeda yang kebetulan aktif di daerah yang sama masih diperdebatkan. Karena modus operandi "pembunuh Torso" ini berbeda dengan Ripper, maka polisi memutuskan bahwa tidak ada keterkaitan antara keduanya. Elizabeth Jackson, seorang wanita tunasusila yang anggota tubuhnya ditemukan tercerai-berai mengambang di Sungai Thames antara 2 dan 25 Juni 1889 diduga sebagai korban lain dari "pembunuh Torso".

John Gill, seorang anak tujuh tahun ditemukan terbunuh di Manningham, Bradford, West Yorkshire, pada 29 Desember 1888. Kakinya putus, perutnya terkoyak, ususnya ditarik keluar, dan jantung dan satu telinganya hilang. Kemiripan pembunuhan ini dengan pembunuhan Mary Kelly menyebabkan polisi berspekulasi bahwa Ripper-lah yang telah membunuh anak itu. Majikan Gill, seorang tukang susu bernama William Barrett, dua kali ditangkap karena tuduhan pembunuhan, tetapi dibebaskan karena tidak terbukti. Selain dia, tidak ada orang lain yang pernah ditetapkan sebagai tersangka.

Carrie Brown (dijuluki "Shakespeare"; mengutip soneta Shakespeare) dicekik dengan pakaian dan kemudian dimutilasi dengan pisau pada tanggal 24 April 1891 di New York City. Mayatnya ditemukan dengan luka torehan besar di daerah sekitar pangkal paha dan luka dangkal di bagian kaki dan punggung. Tidak ada organ tubuhnya yang hilang dari TKP, tetapi ovariumnya, entah disengaja atau tidak, telah dicopot dan ditemukan tergeletak di atas ranjang. Pada saat itu, pembunuhan ini dikaitkan dengan Whitechapel, tetapi Kepolisian Metropolitan akhirnya menyatakan bahwa keduanya sama sekali tidak berkaitan.

Investigasi
Arsip-arsip kepolisian yang selamat mengenai pembunuhan Whitechapel memungkinkan diketahuinya prosedur rinci investigasi pembunuhan pada era Victoria. Sejumlah tim kepolisian diterjunkan dari rumah ke rumah untuk menyelidiki ke seluruh Whitechapel. Bahan-bahan forensik dikumpulkan dan diperiksa. Tersangka diidentifikasi, dilacak, diperiksa, atau dibebaskan jika tidak terbukti. Pekerjaan polisi sesuai dengan prosedur yang sama seperti saat ini. Lebih dari 2.000 orang diwawancarai, "hampir 300 orang" diinvestigasi, dan 80 di antaranya ditahan.

Investigasi awalnya dilakukan oleh Divisi [H] CID Kepolisian Metropolitan Whitechapel yang dikepalai oleh Inspektur Detektif Edmund Reid. Setelah pembunuhan Nichols, Inspektur Detektif Frederick Abberline, Henry Moore, dan Walter Andrews dikirim dari Kantor Pusat Scotland Yard untuk membantu. Setelah pembunuhan Eddowes, yang terjadi di City of London, Kepolisian City di bawah pimpinan Inspektur Detektif James McWilliam juga dilibatkan. Namun, secara keseluruhan penyelidikan ini terhambat karena kepala CID yang baru diangkat, Robert Anderson, sedang cuti dan ada di Swiss pada tanggal 7 Oktober hingga 6 Oktober, yang merupakan waktu terjadinya pembunuhan terhadap Chapman, Stride, dan Eddowes. Hal ini membuat Komisioner Kepolisian Metropolitan, Sir Charles Warren, menunjuk Kepala Inspektur Donald Swanson untuk mengoordinasikan penyelidikan dari Scotland Yard.

Karena ketidakpuasan terhadap kinerja kepolisian, beberapa warga East End, London, yang tergabung dalam kelompok relawan, membentuk Whitechapel Vigilance Committee (Komite Kewaspadaan Whitechapel) untuk berpatroli di jalan-jalan guna menemukan sosok yang mencurigakan. Mereka juga meminta pemerintah untuk menaikkan hadiah bagi yang mengetahui informasi tentang si pembunuh, dan menyewa detektif swasta untuk menyelidiki saksi secara independen.

Tukang daging, tukang jagal, dokter, dan ahli bedah awalnya dicurigai sebagai tersangka karena adanya mutilasi pada para korban. Sebuah catatan dari Mayor Henry Smith, Komisaris Kepolisian City of London, menunjukkan bahwa alibi dari tukang daging dan tukang jagal setempat telah diselidiki, dan mereka tersingkir dari penyelidikan karena tidak terbukti. Laporan dari Inspektur Donald Swanson kepada Kantor Pusat Kepolisian mengonfirmasikan bahwa 76 tukang daging dan tukang jagal telah diselidiki, dan penyelidikan ini juga dilakukan terhadap semua karyawan mereka yang dipekerjakan selama enam bulan terakhir. Beberapa tokoh kontemporer, termasuk Ratu Victoria, berpendapat bahwa berdasarkan pola pembunuhan, pelakunya adalah seorang tukang daging atau penjual ternak yang bekerja di salah satu kapal ternak yang bepergian antara London dan daratan Eropa. Whitechapel juga dekat dengan Pelabuhan London, dan biasanya kapal-kapal ternak tersebut berlabuh pada hari Kamis atau Jumat dan berangkat pada hari Sabtu atau Minggu. Kapal-kapal ternak diperiksa, tetapi tanggal pembunuhan tidak bertepatan dengan pelayaran kapal tersebut, dan transfer awak antar kapal juga dikesampingkan.

Beberapa Tersangka
Pembunuhan yang dilakukan pada akhir pekan atau hari libur dan lokasinya yang saling berdekatan menunjukkan bahwa Ripper memiliki pekerjaan dan menetap di daerah setempat. Pakar lainnya menduga bahwa sang pembunuh adalah seorang pria kelas atas yang berpendidikan, mungkin seorang dokter atau bangsawan, yang berkelana ke Whitechapel dari daerah yang lebih makmur. Beberapa teori mengenai motif si pembunuh telah menghasilkan persepsi budaya yang beragam, seperti ketakutan terhadap profesi medis, ketidakpercayaan terhadap ilmu pengetahuan modern, atau eksploitasi orang miskin oleh orang kaya. Tersangka yang dicurigai pada tahun-tahun setelah pembunuhan meliputi hampir setiap orang yang dikaitkan dengan kasus tersebut oleh dokumen-dokumen kontemporer, serta beberapa nama-nama terkenal, yang bahkan tidak pernah dipertimbangkan dalam penyelidikan kepolisian. Karena semua orang yang hidup pada saat peristiwa tersebut sekarang ini sudah meninggal, penulis modern bebas untuk menuduh siapapun sebagai tersangka, "tanpa perlu didukung oleh bukti-bukti sejarah". Tersangka yang disertakan dalam dokumen polisi kontemporer di antaranya adalah tiga orang yang disebutkan dalam memorandum tahun 1894 oleh Sir Melville Macnaghten, tetapi bukti terhadap mereka tidak cukup mendalam. Meskipun terdapat begitu banyak teori yang beragam mengenai identitas dan profesi Jack the Ripper, pemerintah tetap tidak menyepakati solusi tunggal, dan jumlah tersangka mencapai lebih dari seratus.

Surat
Selama pembunuhan Ripper, pihak kepolisian, surat kabar, dan yang lainnya telah menerima ratusan surat mengenai kasus tersebut. Beberapa di antaranya bermaksud baik dengan memberi nasihat untuk menangkap si pembunuh, tetapi kebanyakannya hanya lelucon dan tidak berguna.

Ratusan surat diklaim telah ditulis oleh sang pembunuh sendiri; tiga di antaranya yang paling terkenal adalah surat "Dear Boss", Kartu pos "Saucy Jacky" dan surat "From Hell".

Surat "Dear Boss", bertanggal 25 September, diposkan pada 27 September 1888. Surat tersebut diterima oleh Central News Agency, dan diteruskan kepada Scotland Yard tanggal 29 September. Awalnya, surat tersebut hanya dianggap sebagai lelucon, tetapi, ketika Eddowes ditemukan terbunuh tiga hari kemudian, dengan salah satu telinga yang terpotong – seperti yang dituliskan dalam surat tersebut – , surat "Dear Boss" inipun mulai mendapat perhatian. Akan tetapi, polisi menganggap bahwa telinga Eddowes telah diambil oleh si pembunuh secara kebetulan selama penyerangan, sama sekali tidak berhubungan dengan isi surat, dan ancaman penulis surat untuk mengirimkan telinga korbannya kepada polisi tidak pernah dilakukan. Julukan "Jack the Ripper" pertama kali digunakan dalam surat ini (inisial tanda tangannya), dan memperoleh ketenaran di seluruh dunia setelah publikasi media. Kebanyakan surat-surat lainnya meniru gaya penulisan surat ini. Beberapa sumber mengklaim bahwa surat lainnya, yang bertanggal 17 September 1888, adalah surat pertama yang menggunakan nama "Jack the Ripper", namun sebagian besar pakar percaya bahwa ini adalah pernyataan palsu yang disertakan ke dalam catatan polisi pada abad ke-20.

Kartu pos "Saucy Jacky" diposkan pada tanggal 1 Oktober 1888 dan diterima pada hari yang sama oleh Central News Agency. Tulisan tangan dalam kartu pos tersebut mirip dengan surat "Dear Boss". Disebutkan bahwa dua korban telah terbunuh di lokasi yang sangat dekat satu sama lainnya: "pembunuhan ganda kali ini", yang diduga merujuk pada pembunuhan Stride dan Eddowes. Pada awalnya, dirumorkan bahwa kartu pos tersebut diposkan sebelum pembunuhan dipublikasikan, sehingga mustahil bagi si penulis untuk mengetahui peristiwa tersebut, namun faktanya, kartu pos tersebut diposkan lebih dari 24 jam pasca terjadinya pembunuhan, lama setelah rincian kejadian diketahui oleh jurnalis dan penduduk setempat.

Surat "From Hell" diterima oleh George Lusk, kepala Whitechapel Vigilance Committee, pada 16 Oktober 1888. Gaya penulisan dan tulisan tangannya tidak sama dengan surat "Dear Boss" dan kartu pos "Saucy Jacky". Surat ini dikirimkan dalam sebuah kotak kecil, yang juga berisikan separo ginjal yang diawetkan dalam "botol anggur" (ethanol). Hal ini segera dikaitkan dengan pembunuhan Eddowes, yang ginjal bagian kirinya telah dicuri oleh si pembunuh. Penulis surat tersebut menyatakan bahwa ia telah "menggoreng dan memakan" separo ginjal yang hilang. Ada perdebatan mengenai penemuan ginjal ini: beberapa pakar berpendapat bahwa ginjal tersebut adalah milik Eddowes, sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa itu tidak lebih dari sekadar lelucon yang mengerikan. Ginjal tersebut diperiksa oleh Dr Thomas Openshaw dari London Hospital, yang kemudian diketahui bahwa ginjal tersebut adalah ginjal bagian kiri manusia, tetapi tidak diketahui apakah ginjal tersebut milik pria atau wanita. Openshaw kemudian juga menerima sebuah surat yang ditandatangani oleh "Jack the Ripper".

Scotland Yard menerbitkan faksimile dari surat "Dear Boss" dan kartu pos "Saucy Jacky" pada tanggal 3 Oktober, dengan harapan bahwa seseorang akan mengenali tulisan tangan dalam surat-surat tersebut, tetapi harapan ini sia-sia. Dalam sebuah surat yang ditujukan untuk Sekretaris Negara Godfrey Lushington, Komisioner Polisi Charles Warren menyatakan: "Saya pikir semua [surat] itu tipuan, tapi tentu saja kita terpikat untuk mencoba & memastikan siapa penulisnya dalam hal apapun". Pada 7 Oktober 1888, George R. Sims menyatakan komentar pedasnya dalam surat kabar Minggu Referee, ia mengungkapkan bahwa surat-surat tersebut ditulis oleh seorang jurnalis "untuk menaikkan oplah surat kabar setinggi langit." Beberapa saat kemudian, dilaporkan bahwa petugas kepolisian telah mengidentifikasi jurnalis tertentu yang dicurigai sebagai penulis surat "Dear Boss" dan kartu pos "Saucy Jacky". Jurnalis tersebut kemudian diketahui bernama Tom Bullen; berdasarkan keterangan dalam surat yang ditulis oleh Kepala Inspektur John George Littlechild kepada George R. Sims pada tanggal 23 September 1913. Seorang jurnalis lainnya bernama Fred Best dilaporkan juga mengaku pada tahun 1931 bahwa ia lah yang telah menulis surat-surat tersebut untuk "menjaga agar bisnis tetap hidup".

Rabu, 22 September 2021

Poseidon Dewa Olympus

 Poseidon adalah penguasa laut sekaligus dewa gempa bumi dan kuda. Dia adalah putra Titan Kronos dan Rea. Dalam mitologi Romawi, dia dikenal sebagai Neptunus.

Setelah membantu adiknya Zeus dalam mengalahkan Kronos dan mengurung para Titan lainnya di Tartaros, Poseidon memperoleh lautan sebagai daerah kekuasaannya. Jika tidak sedang berada di Olimpus, Poseidon biasanya tinggal bersama istrinya, Amfitrit, di istana bawah airnya di Aigeia. Poseidon adalah ayah dewa laut Triton, dan dua orang anak perempuan - Rhodes dan Benthesikime.

Poseidon selalu digambarkan sebagai pria berotot dan berjanggut yang membawa trisula yang kuat. Satu pukulan dari trisulannya dapat menghancurkan sebuah batu yang sangat besar. Dia menaiki kereta perang yang ditarik dua ekor Hippokampos di atas air. Dalam Theogonia karya Hesiodos, Poseidon disebut sebagai Yang Berambut Gelap.

Seperti banyak dewa laut lainnya, Poseidon memiliki kemampuan untuk berubah wujud, namun tidak seperti beberapa dewa laut, Poseidon tidak memiliki kekuatan meramal. Poseidon pernah jatuh cinta dan berusaha memperkosa saudarinya sendiri, Demeter. Demeter mengubah wujud menjadi seekor kuda betina supaya dapat lolos. Poseidon pun ikut berubah menjadi seekor kuda jantan dan dalam wujud itu dia memperkosa Demeter. Dari hubungan itu lahirlan seekor kuda abadi yang bernama Areion, dan seorang anak perempuan yang disebut Despoina (dewi kuda). Poseidon disebut juga sebagai dewa kuda dengan julukan berupa Hippios (atau Konsos).

Julukan Poseidon yang paling terkenal adalah Enosikhthon ("Pengguncang Bumi"), yang juga ditemukan pada lembaran Linear B di Knossos: E-NE-SI-DA-O-NE (Enosidas). Julukannya yang lain adalah Gaieokhos ("penjaga bumi").

Poseidon juga merupakan ayah kuda terkenal lainnya, yaitu Pegasus. Ketika Poseidon memperkosa Medusa di kuil Athena, dewi Athena marah dan mengubah Medusa menjadi seorang monster yang disebut Gorgon. Ketika Perseus memenggal kepala Medua, Pegasus dan raksasa Khrisaor muncul dari cipratan darah dari kepala Medusa.

Seperti halnya adiknya, Zeus, Poseidon juga senang memperkosa para nimfa maupun manusia perempuan. Dia memiliki banyak anak akibat kelakukannya itu. Beberapa anaknya berukuran raksasa, misalnya Antaios, Otos dan Efialtes, Kiklops Polifemos, dan kemungkinan Orion sang pemburu.

Poseidon memiliki dua anak yang penting yang kemudian ikut berlayar bersama Iason. Salah satu dari mereka adalah Ankaios yang beribu Astipaleia. Dia merupakan nakhoda dari Miletos yang handal. Erginos juga merupakan putranya, dan merupakan saudara Ankaios, namun Erginos tidak banyak berperan penting. Argonaut penting lainnya adalah Euphemos, yang ibu Europe, putri Titios. Euphemos merupakan pelari yang hebat, dia dapat berlari di atas permukaan air.

Putranya yang paling terkenal adalah pahlawan dari kota Athena, Theseus, yang beribu Aithra, meskipun beberapa mengatakan bahwa ayah Theseus adalah Aigeus.

Poseidon benci kepada bangsa Troya dan ini diakibatkan oleh tindakan salah seorang raja Troya, Laomedon, ayah Priamos. Suatu ketika Zeus menghukum Poseidon dan Apollo dan memerintahkan mereka bekerja membangun tembok pertahanan untuk kota Troya. Laomedon bejanji akan memberikan imbalan kepada para dewa itu berupa anggur emas. Ketika temboknya sudah selesai, Laomedon melanggar janjinya, dia tak mau memberikan imbalan bagi mereka. Poseidon marah dan mengirim monster laut untuk menghukum Troya, namun monster tersebut pada akhirnya dibunuh oleh Herakles. Karena insiden itulah, pada Perang Troya dia memihak pasukan Yunani. Meskipun demikian, Poseidon tetap menyelamatkan Aineias, pahlawan Troya putra Afrodit dan Ankhises. Dia menjauhkan Aineias dari Akhilles karena Aineias ditakdirkan untuk kelak memimpin bangsa Troya.

Hewan kesukaan Poseidon adalah kuda dan banteng, serta lumba-lumba, sedangkan pohon kesukaannya adalah pohon pinus. Tempat pemujaannya adalah di Korinthos, Troezen dan Athena, di sana dia pernah bersaing dengan dewa-dewa lainnya.

Di Argos, Poseidon kalah dari Hera sebagai dewa yang paling disembah. Akibatnya Poseidon marah dan kadang-kadang dia membuat sungai di Argos menjadi kering, lain waktu dia membuat air membanjiri kota Argos.


Di Athena, Poseidon bersaing dengan dewi Athena. Poseidon menunjukkan kekuatannya dengan memukul sebongkah batu dengan trisulanya, menyebabkan keluarnya air laut dari mata air di Akropolis. Sementara Athena menumbuhkan sebatang pohon zaitun di dekat mata air tersebut. Ditentukan bahwa seluruh warga Athena akan memilih dewa mana yang akan menjadi dewa utama di kota tersebut. Semua pria memilih Poseidon, sedangkan semua wanitanya memilih Athena. Akhirnya Athena menang dengan keunggulan satu suara. Posiedon marah besar dan membuat daerah Attika, yang meliputi kota Athena dan daerah sekitarnya, mengalami banjir. Untuk menentramkan Poseidon, rakyat Athena memutuskan untuk menyembah Poseidon juga. Mereka juga menetapkan bahwa di kemudian hari, para wanita tidak diperbolehkan untuk memilih. Poseidon pun kini tak lagi marah.

Poseidon juga pernah bersaing dengan Helios, dewa matahari, untuk disembah di kota Korinthos. Rakyat Korinthos, yang takut membuat salah satu dewa marah, akhirnya memilih untuk mempersembahkan Isthmos di Korinthos untuk Poseidon, sedangkan Helios memperoleh Akrokorinthos (citadel Korinthos). Pesta Olahraga Isthmos juga digelar untuk menyembah Poseidon.

Poseidon merupakan dewa yang penting pada peradaban Mykenai pra-Hellen karena namanya, PO-SE-DA-O-NE, muncul dalam lembaran Linear B. Namnya dalam bentuk feminin juga muncul dalam lembaran tersebut, yaitu, PO-SI-DA-E-JA. Pusat pemujaannya adalah di Pylos pada Zaman Perunggu. Poseidon merupakan ayah si kembar Pelias dan Neleus dari hubungannya dengan Tiro. Ketika Pelias berkuasa di Iolkos, Neleus pindah ke Pylos dan menjadi ayah bagi Nestor.